Senin, 11 November 2013

INSPEKSI PADA SISTEM PERPIPAAN
Sistem perpipaan didesain untuk berbagai kondisi. Perhatian khusus harus diberikan pada sistem perpipaan yang mengarah pada korosi, erosi, dan fatig serta hal-hal yang beroperasi pada tekanan tinggi.
Semua bahan pipa dan sambungan harus dapat beroperasi pada kondisi maksimum. Sejarah operasional harus direviu untuk menentukan apakah terdapat perubahan pada kondisi operasi yang keluar dari kondisi normalnya. Jika kondisi operasi telah berubah, catatan harus dibuat untuk menjamin komponen-komponen sistem perpipaan mencukupi.
Perpipaan harus diinspeksi untuk memastikan adanya:
  • Ekspansi
  • Rangka pendukung yang cukup
  • Tidak ada kebocoran
  • Koneksi yang benar. Tujuannya adalah untuk menentukan apakah ada perubahan posisi karena adanya tegangan pada pipa atau sambungan yang lain.
  • Spesifikasi yang cocok untuk kondisi operasi
§  Tidak ada fakta-fakta korosi, erosi, atau retak
4.1  Kerusakan pada Perpipaan
a.   Korosi. Korosi terjadi karena adanya oksigen dan larutan garam, seperti halnya yang ditemukan air umpan boiler yang jelek. Jika korosi ditemukan pada bejana tekan, sistem perpipaan yang terkait juga harus diperiksa. Korosi dapat menyerang secara luas pada permukaan logam atau terlokalisir pada bentuk korosi galvanis dan pitting. Untuk mengestimasi pengaruh korosi pada luas permukaan yang besar, ketebalan logam harus diperiksa dengan menggunakan peralatan ultasonik atau pengeboran. Ketebalan estimasi digunakan untuk mengestimasikan tekanan kerja yang aman.
b.   Retak. Retak bisa berasal dari desain atau kondisi operasi yang menyebabkan perubahan feksibilitas secara kontinyu pada logam (flexing). Flexing dapat disebabkan oleh fluktuasi termal atau mekanikan dan dapat mengarah pada kelelahan logam (fatig). Retak pada kondisi ini akan dipercepat dengan adanya korosi. Retak dari hasil cacat pabrikasi akan terjadi pertama-tama pada lingkungan korosi.
c.   Erosi. Erosi terjadi sebagai akibat dari eksi abrasif dari cairan atau uap. Adanya partikel padat dalam campuran, atau adanya cairan dalam uap dapat menyebabkan erosi. Erosi umumnya terjadi di daerah dimana aliran terhambat atau arah aliran berubah.
d.   Kebocoran. Kebocoran harus diperiksa secara menyeluruh dan dilakukan tindakan perbaikan. Uji tekanan mungkin dibutuhkan untuk menentukan informasi tambahan dengan mempertimbangkan adanya kerusakan lanjut.
e.   Dukungan (rangka) yang tidak tepat. Inspeksi visual harus meliputi pemeriksaan pada adanya dukungan yang tidak tepat. Ketidakcukupan dukungan dapat menyebabkan rusaknya sambugan las, retak, atau kebocoran pada sambungan fitting. Tanda-tanda kebocoran harus diteliti untuk menentukan penyebab dan kondisi terkoreksinya. Hilangnya isolasi. Rusak, atau sobek dapat menjadi indikasi adanya getaran atau pergerakan pipa akibat dukungan tidak tepat.
4.2  Inspeksi pada Pressure Gages
Tekanan yang diindikasikan oleh alat harus dibandingkan dengan alat yang lain pada sistem yang sama. Jika alat tidak dipasang pada bejana, maka harus segera dipasang pada bejana dengan benar sehingg dapat menunjukkan tekanan aktual bejana.
5.  PENYIMPANAN CATATAN
Salinan dari persetujuan inspektor atau laporan sertifikasi harus disimpan dengan baik. Catatan tersebut meliputi informasi-informasi berikut:
  1. Laporan data pabrikan ASME, jika bejana tidak dicap kode ASME.
  2. Laporan data bejana tekan (inspeksi internal pertama). Laporan harus meliputi informasi berikut:
    • Nomer seri pabrikan
    • Nomer identifikasi owner-user
    • Data dimensi bejana tekan
    • Bahan konstruksi
    • Data ketebalan original dinding untuk bejana tekan dan tutup.
    • Kode original dari konstruksi yang meliputi metode NDE
    • Faktor keamanan yang dihitung dari kode konstruksi original
  3. Informasi lengkap tentang peralatan relif valve, yang meliputi data pegas relief valve, atau data rupture disk, dan data inspeksi terakhir.
  4. Catatan kemajuan yang meliputi:
a.    lokasi dan ketebalan dari sampel dan lokasi inspeksi yang kritis, termasuk lukasi dan hasil dari survei ketebalan logam.
b.    Batasan temperatur logam dan lokasinya pada bejana ketika faktor ini menentukan ketebalan minimum.
c.    Ketebalan logam terhitung yang dibutuhkan dan MAWP untuk desain peralatan relief valve dan temperatur untuk membuka tekanan, tekanan statis, dan beban yang lain.
d.    Tanggal skedul dan inspeksi berikutnya.
e.    Tanggal instalasi dan tanggal perubahan kondisi operasi (tekanan, temperautr, laju korosi)
f.     Data detil untuk sket yang dapat digunakan apabila tidak ada gambar.
g.    Kalukulasi tegangan untuk menentukan faktor keamanan.

6.  SEBAB-SEBAB KERUSAKAN BEJANA TEKAN
Beberapa kondisi dapat menyebabkan kerusakan bejana tekan. Kondisi yang umum tersebut adalah:
  1. Korosi. Korosi adalah kondisi yang perlu diperhatikan yang ditemukan di bejana tekan. Bentuk-bentuk korosi yang umum adalah:
    1. Pitting
    2. Line corrossion
    3. General corrossion
    4. Grooving
    5. Galvanic corrossion
  2. Fatig. Jika tegangan yang terjadi pada bahan sangat tinggi dan sering, dapat menyebabkan fatig atau lelah. Kegagalan fatig dapat juga berasal dari perubahan temperatur dan tekanan. Lokasi dimana logam mempunyai perbedaan koefisien termal ekspansi dapat menyebabkan fatig.
  3. Creep. Creep bisa terjadi jika peralatan berada pada temperatur diatas desainnya. Karena logam menjadi lemah pada temperatur tinggi, distorsi berakibat pada kegagalan. Creep bergantung pada waktu, temperatur, dan tegangan.
  4. Temperatur. Pada temperatur sub-freezing, air dan beberapa bahan kimia yang ada dalan bejana tekan mungkin akan membeku dan menyebabkan kegagalan. Baja karbon rendah atau paduannya akan mudah pecah apabila berada pada lingkungan dengan temperatur lebih rendah dari temperatur transisinya.
  5. Perusakan hidrogen. Perusakan hidrogen adalah kehilangan kekuatan atau ketangguhan dari suatu logam karena adanya larutan hidrogen secara atomik dalam baja. Pada lingkungan yang berbeda, kondisi ii dapat menyebabkan retak.
  6. Retak karena tegangan korosi. Retak dari suatu logam yang disebabkan oleh tegangan dan lingkungan yang korosif. Retak ini timbul hanya dengan adanya kombinasi antara lingkungan dengan logam. Contoh dari retak korosi tegangan meliputi retak korosi tegangan klorida dari stainless steel yang berada pada larutan klorida panas, dan retak korosi tegangan dari kuningan dalam larutan amonia

PRESSURE RELIEF VALVE
Pressure relief valve digunakan pada tangki penyimpan atau tangki proses lain atu sistem untuk mencegah kerusakan struktural yang dikarenakan oleh tekanan internal. Tangki penyimpan menjadi bertekanan ketika cairan dipompakan kedalam tangki, mengkompresi uap yang ada atau kenaikan temperatur yang menyebabkan kenaikan ekspansi uap. Untuk mencegah kerusakan tesebut, maka keluar dan masuknya uap harus diatur sesuai dengan kondisi tekanan tertentu. Laju alir volume pada ventilasi tergantung pada ukuran tangki, kandungan bahan volatil, laju pemompaan, dan temperatur. Prosedur menentukan standar ventilasi dapat dilihat pada API Standard 2000.
Operasi tekanan tinggi akan menurunkan evaporasi dan volume venting total, dengan demikian akan menurunkan kerugian produksi dan biaya dari emisi proses. Semua valve harus dipelihara dengan hati-hati oleh seorang teknisi yang handal. Valve hanya diperbolehkan diasembling pada kondisi bersih, dan lebih baik lagi dilakukan di ruang khusus. Manual setiap valve harus dimengerti dan dibaca sebelum merawat atau memperbaikinya.
Salah satu disain relief valve dapat dilihat pada Gambar 2. Setiap aplikasi harus memperhatikan kompatibilitas bahan. Konsultasikan ke pabrikan untuk permintaan-permintaan khusus.


Gambar 2. Instalasi Tangki dan Peralatan safety

1. INSTALASI
Dalam instalasi relief valve, terdapat beberapa aturan yang harus diindahkan, yaitu:
1.     Pada instalasi, valve harus dapat dengan mulus dinaikkan ke posisinya dengan menggunakan lifting eyes pada bodi flens. Hindari pengangkatan valve dengan pegas karena akan mengakibatkan kerusakan pada dudukan dan nantinya valve akan bocor ketika beroperasi.
2.     Pertemuan antara bodi valve dengan nosel tangki harus sama bentuknya. Pertemuan flens harus flat, dengan toleransi 0,015” dan bersih, bebas dari goresan, korosi dan tanda-tanda pengerjaan.
3.     Mulailah dengan inspeksi pada gasket, pastikan bahwa bahan gasket sesuai dengan bahan produk.
4.     Setting valve ke nosel dengan hati-hati.
5.     Beri pelumas pada semua ulir dengan pelumas yang cocok. Jika terdapat paku keling dari bahan stainless steel, gunakan pelumas anti-seize seperti moly-disulfide.
6.     Instal bodi valve dengan penguatan baut menggunakan tangan.
7.     Rujukan torsi pengencangan baut dapat dilihat pada Tabel 2.
8.     Pastikan bahwa flens tidak terdistorsi dan gasket tertekan sempurna.
9.     Cek bahwa tidak terjadi perputaran baut
2. PEMELIHARAAN RUTIN
Pengecekan secara periodik dilakukan terhadap valve untuk memastikan bahwa valve berfungsi scara benar dan set point-nya benar. Inspeksi untuk keperluan ini dilakukan sekurang-kurangnya setahun sekali
Inspeksi periodeik untuk kekencangan dudukan harus dilakukan untuk menjamin pengendalian polusi udara. Hal ini dapat dilengkapi dengan detektor gas yang telah dikalibrasi sesuai produk pada sistem. Secara periodik, valve perlu dilepas dari tangki untuk inspeksi sil pada tutup. Ketika hal ini dilakukan,  valve harus diangkat secra hati-hati dengan menggunakan lifting eyes pada flens bodi atas.
Tabel 2. Daftar Torsi Pengencangan Baut

Jika terdeteksi adanya kebosoran uap, maka dapat dimungkinkan sumber kebocoran dari:
  1. Sil penutup
2.    Gasket antara flens dengan bodi
3.  TROUBLESHOOTING
Berikut ini disajikan petunjuk trouble shooting yang sering terjadi pada relief valve.
Masalah
Inspeksi
Tindakan Korektif
Kebocoran uap terjadi antara penutup dan flens bagian atas.
Visual, audible, detektor uap
Kebocoran dapat terjadi pada sil O-ring dan dudukan bodi valve.  Hal ini umumnya terjadi karena kerusakan pada O-ring, tapi dapat juga disebabkan oleh ketidak-tepatan peletakkan valve pada flens. Dudukan ini dapat terdistorsi dan membentuk jalur kebocoran. Untuk mengtasi kondisi ini, nosel tangki harus diratakan lagi atau diganti.
Kebocoran uap terjadi antara bodi valve dan nosel tangki.
Visual, audible, detektor uap
Kebocoran antar flens dapat diperbaiki dengan cara mengencangkan baut.
Gasket bisa saja rusak karena berada pada lingkungan kimia. Penggantian gasket dapat dilakukan bila diperlukan.
Nosel tangki mungkin terkorosi. Hal ini dapat diatasi dengan memberi perlindungan pada permukaan flens.



0 komentar :

Posting Komentar